BAB II "Balik Ke Kenangan Semasa Kecil"
“ Aghhhh….ulangan mtk susah banget. Kayanya bakal diremed deh?????”
“Iya nih, padahal aku dah belajar.” Bunga sambil membaca soal matematika usia ulangan selesai
“ Tau dari mana Nga? “
“ Tadi aku dah nyocokin jawaban Indah dan Cuma betull 6 aja “
“ Don’t worry because not true. You must confident. Okey.”
Bunga hanya menganggukan kepala.
“ Prita hari ini mau enggak mampir ke rumah. Ibu masakin makanan lezat loh.”
“ Maaf. Padahal gw mau banget tapi sayang gw mau pergi.”
“ Bener nih, prita enggak mau dateng. Ada opor ayam kesukaan kamu. Ga bakal kebawa mimpi-kan?
Prita menggelengkan kepala.”Bilangan makasih sama ibu.”
Prita mengeluarkan hp dari saku baju sekolahnya. Ada 1 message dari Damai.
“ Nga.. kayanya gw harus bakhil duluan deh. Daghhh..” Prita melambaikan tangan dan langsung menaiki angkot.
“ Dourrrr…. “ Teriak Aldi.
“ Lo tuh sama saja kaya Prita suka beudh ngagetin orang. Ntar kalau gw jantungan terus masuk rumah sakit, lu mau gotong gw.”
“ Jangan Lebai deh” Tangan Aldi yang nutupin muka Bunga
“ Ihhh. Bau.” “ Becanda ko....” “Mumpung ada loh, gimana kalau loh aja yang w ajak makan di rumah gw”
Aldi tersenyum senang sambil membetulkan letak kacamatanya, “Ya, maulah makan gratis, masa nolak. Rezeki itu ga boleh di tolak.”
O O O
Sepulangnya dari sekolah, Prita langsung menemui Damai di Restaurant Jepang. Dalam suasana yang begitu romantis dengan alunan biola menambah Prita terlelap di dalamnya. Suasana hatinya kini seperti di hinggapi banyak Bunga(bukan nama sahabatnya).
“ Waahhh, suasananya romantis iaa..” Ucap Prita memulai pembicaraan
“ Syukur deh, kalau kamu suka”Damai terus melahap makanan favoritnya yaitu sushi
“ Kamu, sering kesini iaa???”
“ Yupz, betul. Restaurant ini memberikan banyak kenangan yang begitu indah. Lagipula karena aku suka sama masakan jepang terutama sushi.”
“ Ko, aku baru tau iaa. Perasaan sejak SMP yang lalu. Loh itu alergi sama ikan.”
“Masih inget aja,,, tapi sejak tinggal di Australia saya harus membiasakan diri dengan masakan laut.”
“ Ohhh, gitu. Pantes...”
“ Kabar papa dan mama gimana??? Semua baik-baik aja kan??? Ka Bagus masih suka main gitar keras-keras ga??? Masih inget deh, pas ka Bagus ajarin main drum. Dan harus mengajarin aku berulang kali. Sampai-sampai di bilang loh tuh cewek atau cowok. Main drum aja ga ada semangatnya.” Damai tertawa geli mengingat semua kejadian lucu itu.
“ Papa alhamdullilah, baik-baik aja. Ka bagus masih sama suka masih main gitar keras-keras, tapi sekarang ka Bagus udah jarang ada di rumah lebih suka tinggal di basecampnya sama temen-temen bandnya. Dan mama...” Prita menghentikan pembicaraanyya.
“Kenapa, ucapan aku ada yang salah???”
“ Ga ko, mama udah meninggal ga lama setelah Damai memutuskan tinggal di Australia jelang kurang dari setahun.”
“ I am sorry, saya baru mendengarnya sekarang. Maaf juga, Prita jadi ke ingat sama mama.” Kata Damai memegang tangan Prita. “ Terus kalau sahabat ku satu lagi, Bunga gimana???” Prita tambah kesal tiba-tiba aja Damai menanyakan kabar Bunga. “ Baik-baik aja ko, Bunga satu sekolah sama aku.”
“ Jadi, pengen ngumpul lagi bareng-bareng, ketawa-ketawa, manjat pohon mangga milik tetangga kita dulu, di kejar sama anjing sampai Bunga nangis dan kita lari terbirit-birit ninggalin sepeda kita saking ketakutannya..... hahahaha.”
“ Damai, memiliki memory yang sangat baik iaa...”
“ Tentu, kalian berdua itu udah saya anggap sahabat.”
Prita cemberut, menembemkan pipinya. “Ada yang ngamuk, kamu itu milik saya yang paling spesial dan ada penambahan satu yang lebih di dalam lubuk hati saya.”
“ Sok, puitis.” Balas Prita dengan cepat
“ Gimana iaa, Kalau Bunga tau kita ternyata udah jadian pasti dia kaget banget. Ga percaya, kita dulukan kalau ketemu selalu aja saling ledek-ledekan. Apa jangan-jangan Prita udah kasih tau ke Bunga???” Tanya Damai menatapnya tajam
“ Belum, kabar kedatangan kamu aja dia belum tau.”
“ Bagus... gimana kalau kita buat serprise buat Bunga.”
“ Ide yang bagus” Prita bingung harus berkata apa nanti jika sampai Damai benar-benar memberitahu hubungan mereka. Rasanya bagi Prita belum sanggup jika harus terus terang. Pasti Bunga akan nganggap w jahat, oh... my god help me.”
“ Gimana kalau besok, kita bikin party kecil-kecilan di rumah aku.”
Prita tersendak, alhasil di batu-batuk. Prita membalas dengan jangan besok sambil menggerakan kedua tangannya pertanda tidak setuju.
“ Waktunya belum tepat, apa lagi kasih tau tentang status kita berdua yang sudah pacaran. Bisa jadi dia malah ngambek dan marah.”
“ Something wrrong...???”
“ Pokoknya, jangan dulu. Karena pasti Bunga ngomel, kenapa ga minta persetujuan dia dulu.”
Sebenarnya damai masih bingung dengan maksud yang di paparkan Prita. Dalam hatinya bertanya kenapa Bunga harus marah toh bukannya senang. Prita mulai mengganti topik takut Damai berpikir hal yang aneh-aneh.
O O O
“ Ibu, assalamualaikum. Bunga pulang.”
“ Waalaikum salam.” Jawab ibuya sambil menyalami Bunga. “ Eh, ada Aldi. Masuk-masuk nak” Seru ibu bunga sambil mempersilahkanya duduk. “Loh, dek. Pritanya ke mana. Ko ga dateng???”
“ Prita, tadi pas pulang buru-buru aja pulang.” Balas Aldi
“ Iaa, bu. Entahlah mau ke mana. Akhir-akhir ini kita ga suka pulang bareng lagi.” Sambar Bunga
“ Ya, udah. Ibu siapin minuman dulu.”
“ Terus, Prita cuma bilang terima kasih ma ibu”
Bunga lekas ke kamar untuk mengganti seragamnya. Setelah itu, mereka bertiga makan siang dalam satu meja. Di atasnya sudah terhidang opor ayam, sambal goreng ati, tempe bacem, dan sayur cap cay. Aldi tidak sungkan lagi dengan keluarganya Bunga karena mereka telah akrab sejak dari SMP.
Dalam pembicaraan di meja makan, Bunga berceloteh terus menerus tanpa henti terutama cerita tentang perubahan sikap Prita. Aldi dan ibunya hanya sesekali membalas curhatan Bunga. Mereka sudah terbiasa menjadi pendengar setianya. Dan sesekali di iringi tawa yang mengalir hingga ke luar rumah.
“ Assalamualaikum..... bi Indri.”
“ Ibu kayanya ada tamu deh.”
“ Coba kamu lihat, siapa yang datang...!!!” titah Ibu
Bunga melihatnya dari depan pintu rumahnya. Bunga kaget melihat sesosok pria tinggi berkulit sawo mateng berdiri di depan pintu gerbangnya sambil melambaikan tangan ke arahnya. Bunga pun langsung berteriak hingga seisi rumah tahu.
“ Ibu, Aa Rion yang dateng...”
Bunga langsung menyambut kedatangan Aa Ron dengan hangat.
“Masuk, masuk A.. Rion. Tumben banget Aa mampir ke sini” cerocos Bunga
“ Ehhh.... nak Rion” Ucap Ibu Bunga
“ nuhun... bi.” Kata Rion sambil menyalami tangan Ibu Bunga
“ Aa Rion, tumben baru mampir lagi ke rumah lagi. Ke mana aja. Ohhhh...iaaa Aa Rion kenalin ini temen Bunga”
“ Rion”
“ Aldi”
“ Cieee.... temen atau temen. Ko temennya yang di ajak Cuma Aldi saja”
“ Iya, aku sama Aldi udah temenan dari SMP, jadi udah akrab gitu.”
Aa Rion tersenyum menatap salah tingkah dari Bunga. “ Aa teh ke sini lantaran aya kerjaan di Jakarta.” Balas Rion dengan logat Sundanya yang masih kental
“ Waahhh.... Aa udah kerja. Boleh tuh Aa traktirannya.”
Ibu Bunga langsung nyerocos “ Nak Rionkan baru mau masuk kerja belum dapet atuh uang gaji.”
Mereka semuapun larut dalam tawa canda. Begitu pun dengan Aldi yang udah nyambung dengan Rion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar