Jakarta ibu kota negara Indonesia adalah tujuan banyak masyarakat untuk mencari nafkah. Banyak orang dari berbagai pedesaan maupun pedalaman rela meninggalkan daerah mereka hanya untuk mencari sepeser rupiah. Mereka rela menginjakan kaki di Jakarta tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan mengenai kehidupan di Jakarta. Hidup di Jakarta tidak semudah seperti membalikan telapak tangan. Butuh modal yang besar untuk dapat bertahan hidup.
Tidak sedikit pula dari mereka yang justru hidup menggelandang dan menjadi pengemis. Rumah-rumah kumuh pun bertebaran di Jakarta membuat semakin padat lahan di Jakarta.Tiap tahun selalu ada saja orang-orang yang mengais rezeki di Jakarta. Bukannya pekerjaan yang mereka dapat justru sebaliknya hanya sebuah penderitaan.
Hidup di Jakarta butuh pengorbanan yang besar karena semua barang-barang pangan dan sandang serba mahal. Hanya tertinggal rasa kekecewaan dalam benak mereka. Itu adalah sebuah keputusan yang mereka buat untuk tinggal di Jakarta.
Maka bukan hal tabuh lagi bila banyak tindak kriminalitas di kota Jakarta ini. Mereka rela menjadi penjahat daripada tidak makan sama sekali. Begitu juga dengan semua anggota keluarga yang ikut pindah ke Jakarta. Anak-anak mereka terpaksa putus sekolah karena biaya sekolah yang relatif mahal di kota Jakarta. Anak-anak kecil rela menjadi seorang pengamen untuk membantu ke dua orang tua mereka.
Sebuah penderitaan yang sampai sekarang belum bisa teratasi oleh pemerintah yang berwenang. Penderitaan yang di alami oleh setiap manusia karena hidup di Jakarta tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
Orang-orang yang dari pedesaan atau pedalaman yang beruntung itupun hanya dapat dihitung dengan jari karena adanya dasar keterampilan dan pendidikan yang layak. Kalau tidak pintar menjaga diri maka dapat dengan mudah di bohongi oleh orang-orang yang memiliki banyak uang atau para pejabat.
Oleh karena itu, bertambah pula jumlah pengangguran yang ada di Jakarta. Kebanyakan dari mereka yang hidup di Jakarta hanya lulusan SD atau SMP dan hanya dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dan buruh.
Sungguh sebuah kejadian yang miris yang dapat dilihat bahkan menjadi pertontonan. Kesejahteraan yang tercipta belum menyeluruh. Hanya potret kemiskinan yang dapat tergambarkan. Itu sudah keputusan yang mereka ambil, bagaimana tidak ingin balik ke kampung halaman tidak bisa. Karena uang yang tidak mereka punyai.
Pemerintah seharusnya dapat bertindak lebih bijak dan arif lagi untuk membarantas jumlah kemiskinan. Dan mempunyai sejuta cara agar masyarakatnya tidak harus tergantung dengan kehidupan Jakarta yang serba mewah.
Kesimpulan: Hidup di kota besar seperti Jakarta dalam mencari nafkah tidak semudah yang dibayangkan. Butuh keterampilan dan pengetahuan yang besar untuk tinggal di kota Jakarta karena kalau tidak justru hanya sebuah penderitaan dan penyesalan yang di dapat.
Kesimpulan: Hidup di kota besar seperti Jakarta dalam mencari nafkah tidak semudah yang dibayangkan. Butuh keterampilan dan pengetahuan yang besar untuk tinggal di kota Jakarta karena kalau tidak justru hanya sebuah penderitaan dan penyesalan yang di dapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar